MATERI PERTEMUAN KE 39
Mari Hidup Sederhana
dan Ikhlas
A. Mari Hidup Sederhana
Bagaimanakah hidup sederhana itu?
Q.S. al-Furqān/25: 67 mengajarkan ciri-ciri orang yang hidup sederhana. Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (Q.S. al- Furqān/25: 67). Menurut al-Qur’ān, hidup sederhana itu adalah di antara berlebihan dan kikir. Berlebihan artinya tidak wajar atau aneh-aneh, sedangkan kikir artinya terlampau hemat atau disebut juga pelit. Dalam menggunakan uang jajan dianjurkan agar tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Hidup sederhana bukan berarti harus miskin, atau tidak punya apa apa. Contoh sederhana misalnya makan bakso, antara makan dua mangkuk dengan seperempat mangkuk, maka yang dianggap sederhana dari itu adalah makan bakso satu mangkuk.
Meskipun Nabi Muhammad saw. seorang rasul dan pemimpin yang memiliki pengaruh dan kekuasaan, namun ia selalu hidup sederhana dan menghindari hidup mewah dan boros. Menurut riwayat, Nabi Muhammad saw. selalu tidur beralaskan sehelai tikar, dan kalau ia terbangun dari tidurnya, terlihat ada bekas tikar di pipinya. Begitu sederhananya kehidupan nabi, tapi ia sangat mulia di hadapan Allah Swt. Mampukah kita seperti nabi?
Apa keuntungan hidup sederhana? Nabi Muhammad saw. teladan kita. Ketaatan dan kesederhanaan Nabi Muhammad saw. harus dicontoh dengan segenap kemampuan kita. Orang yang hidup sederhana bukan berarti orang miskin atau tidak punya.
Keuntungan sederhana antara lain seperti berikut. • Orang yang hidup sederhana berarti telah mengamalkan ajaran agama atau perintah Allah Swt., dan orang tersebut mendapat pahala. • Orang yang hidup sederhana berarti telah mampu melawan godaan setan yang mendorong hidup boros. • Orang yang hidup sederhana biasanya rendah hati, dan disenangi banyak orang. • Orang yang hidup sederhana tidak akan ditimpa penyakit resah-gelisah • Orang yang hidup sederhana tidak akan pernah mengambil harta orang lain
Perhatikan dan bacalah dengan sungguh-sungguh Q.S. al-Isrā/17: 27 berikut ini.
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isrā/17: 27)
Menurut ayat 27 surat al-Isrā [17] di atas, pemboros adalah saudara setan, sedangkan setan sangat ingkar kepada Allah Swt. Berarti orang yang suka boros adalah orang yang ingkar kepada Allah Swt. Ingkar artinya tidak menuruti perintah Allah Swt
Aku harus bisa hidup sederhana. Semua orang bisa hidup sederhana, tergantung pada kemauannya. Mulailah dengan niat yang ikhlas untuk hidup sederhana, karena hidup sederhana adalah perintah Allah Swt. Mulailah dengan membiasakan makan-minum sederhana tidak berlebihan, menggunakan uang jajan secukupnya sesuai kebutuhan pokok saja, membeli pakaian tidak selalu mengikuti model, demikian seterusnya.
Kalau hidup sederhana tidak dimulai dari sekarang, maka sikap boros itu pun akan terus berlanjut sampai hari tua. Bahayanya, kalau sikap boros itu suatu ketika tidak dapat terpenuhi, maka timbullah berbagai macam permasalahan, seperti gelisah, marah, mengambil barang orang lain, dan menghalalkan segala cara.
B. Mari Ikhlas Beramal
1. Apakah Ikhlas Itu?
Ikhlas maknanya bersih. Bersih
dari kotoran. Ikhlas adalah perbuatan hati, karena ikhlas itu
ada di dalam hati. Misalnya kalau
dikatakan “ikhlas bersedekah” artinya
memberikan dengan hati bersih.
Contoh lain, “Pak Ahmad membantu
dengan ikhlas”, artinya pak Ahmad
membantu dengan hati bersih tanpa
mengharapkan sesuatu balasan atau
imbalan
Kata “ikhlas” sering juga dihubungkan dengan kalimat “karena
Allah Swt.”. Misalnya, “Pak Ahmad
membantu dengan ikhlas karena
Allah Swt.”. Maka ketika Pak Ahmad
membatu orang lain, di hatinya hanya ada semboyan “membantu adalah perintah Allah
Swt.”. Tetapi, kalau Pak Ahmad membantu dengan berharap pujian orang, maka Pak
Ahmad belum ikhlas.
Nah, bagaimana bila bekerja dan memperoleh gaji? Tidak selamanya berbuat
atau bekerja yang mendapatkan imbalan atau bayaran dikatakan tidak ikhlas. Yang
mendapatkan imbalan pun bisa disebut ikhlas. Contoh, ketika seseorang diminta
membantu pekerjaan dengan imbalan 50 ribu rupiah, berarti orang tersebut sudah ikhlas
membantu dengan imbalan yang disepakati. Di situ tidak ada yang merasa dirugikan
atau pun yang mendapat pujian
Suatu ketika Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai
kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (keikhlasan) hatimu”. (H.R. Muslim).
Ikhlas merupakan buah dan intisari dari iman. Seseorang dianggap beragama dengan
benar jika amal ibadahnya dilaksanakan dengan ikhlas.
2. Ikhlas Beramal karena Allah Swt
Beramal yaitu melakukan perbuatan baik. Semua perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas menurut ajaran Islam akan mendapat pahala. Perhatikan dan bacalah firman Allah Swt. Q.S. al-Bayyinah/98: 5 berikut.
Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah Swt. dengan ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (benar).
Di dalam ayat di atas dinyatakan: “Menyembah Allah Swt. dengan ikhlas”, berarti melakukan ibadah Çalat harus dengan ikhlas karena Allah Swt. semata. Apabila beribadah Çalat dilakukan supaya mendapat pujian dari orang tua atau guru, maka Çalatnya tidak
termasuk beramal ibadah yang ikhlas. Jadi taat kepada Allah Swt. pun harus dengan ikhlas.
Ciri –Ciri orang yang ikhlas antara lain sebagai berikut. 1. Beramal dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Pujian bukan harapan kita meskipun ada orang yang memuji. 2. Beramal dengan tekun dan rajin semata-mata karena tindakan itu adalah perintah Allah Swt. Tentu ada yang memuji, tetapi pujian bukan tujuan. 3. Tidak memamerkan dan menceritakan amalnya kepada orang lain. 4. Tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan tugas.
Komentar
Posting Komentar